MAKLUMAT WALI NEGARA ATJÈH SUMATRA
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Diumumkan kepada setiap Kerajaan, Negara, Pemimpin dunia, Pertubuhan Hak Asasi Manusia,
Perserikatan Bangsa Bangsa, serta kepada seluruh umat manusia di dunia:
Saya, Dr. Husaini M. Hasan, dengan ini memaklumkan kepada seluruh dunia bahwa saya memikul
amanah rakyat Atjèh sebagai Wali Neugara Atjèh Sumatra, meneruskan perjuangan suci almarhum
Tengku Hasan Muhammad di Tiro, Wali Negara Atjèh Pertama, dan Proklamator Negara Atjèh Sumatra,
yang pada 4 Desember 1976 telah memaklumkan kemerdekaan bangsa Atjèh, yang merdeka dan
berdaulat penuh atas Bumi Atjèh Sumatra.
Kebenaran Tentang Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki
Apa yang disebut sebagai Memorandum Persepahaman Helsinki (2005) telah digambarkan sebagai satu
perjanjian damai. Namun hakikatnya, itu hanyalah satu rancangan yang telah diatur oleh pihak luar,
sebuah janji palsu, dan satu perangkap yang bertujuan untuk menamatkan perjuangan bangsa Atjèh. Hal
itu bukan satu kemenangan, dan bukan juga satu penyelesaian kepada perjuangan kebangsaan kita
selama 29 tahun, yang telah menelan korban jiwa puluhan ribu bangsa Atjèh, dan korban harta milyaran
rupiah, serta penghinaan marwah bangsa atas pelanggaran HAM berat oleh TNI dimasa DOM(1990-
1998).
MoU Helsinki, 15 Agustus 2005, tidak membawa keadilan untuk bangsa Atjèh:
• Ia tidak memulihkan kedaulatan kita.
• Ia tidak mengembalikan kekayaan tanah air kita.
• Ia tidak memulangkan marwah kita.
Sebaliknya, ia telah merendahkan martabat perjuangan bangsa kita menjadi sekadar “otonomi wilayah”
di bawah kekuasaan Jakarta – sebuah rezim asing yang tidak mempunyai hak sejarah, undang-undang,
maupun moral terhadap Atjèh. Bagi kami, rakyat Atjèh, MoU Helsinki tidak bermakna apa-apa.
Apa yang benar-benar kami inginkan, dan yang selama ini menjadi cita-cita kami, ialah kemerdekaan –
pemulihan penuh dan sah terhadap kedaulatan kami sebagai satu bangsa merdeka di kalangan bangsa-
bangsa di dunia.
Warisan Perjuangan
Sejak 26 March 1873, ketika Belanda mulai mengumumkan perang terhadap Negara Berdaulat Atjèh,
rakyat kami telah menumpahkan darah, demi mempertahankan kebebasan dan kedaulatan Negara Atjèh.
Selama hampir satu abad kami menentang penjajahan Belanda.
Apabila kolonialis Hindia Belanda akhirnya runtuh, tanah air kami diserahkan secara penipuan kepada
bangsa Jawa di bawah nama palsu “Indonesia.”
Kami ingin mengumumkan bahwa:
• Indonesia tiada kaitan dengan Atjèh.
• Kami Atjèh, bukan Jawa.
• Kami Atjèh, bukan Indonesia.
• Kami Atjèh, tidak pernah memberi persetujuan untuk menjadi bagian daripada Indonesia.
Tuntutan mereka terhadap tanah air kami adalah lanjutan daripada penipuan penjajahan. Penjajahan
Hindia Belanda belum pernah dibubarkan atau didekolonisasikan, tetapi dilanjutkan dengan nama
Indonesia. Ex injuria jus non oritur — Hak/sesuatu yang benar, tidak boleh lahir daripada kesalahan.
Amanah Diperbaharui
Sebagai Wali Neugara Atjéh, saya meneruskan perjuangan Allahyarham Tengku Hasan M. di Tiro, dan
dengan ini sekali lagi menegaskan Deklarasi Kemerdekaan Negara Atjèh, 4 December 1976.
Deklarasi itu kekal-sah, mengikat, dan tidak tergugat.
Hari ini, kita memperbaharuinya! :
1. Kami menuntut agar Indonesia berundur dari Atjèh, karena mereka adalah kuasa asing yang
tidak mempunyai hak di bumi kami, Atjèh.
2. Kami menuntut pengiktirafan terhadap kemerdekaan Atjèh oleh masyarakat antarabangsa.
3. Kami menyeru kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Pusat Kerjasama Islam (OIC),
Eropa Union(EU), ASEAN, dan semua kerajaan yang berjiwa adil agar mengiktiraf Hak kami
untuk menentukan nasib diri sendiri(self determination).
4. Kami mengulurkan tangan persahabatan kepada seluruh bangsa dan kerajaan – tanpa niat jahat,
tetapi dengan tekad yang teguh untuk hidup merdeka, seperti nenek moyang kami didalam
Sejarah Atjèh masa-masa terdahulu.
Kepada Rakyat Atjèh!:
• Tetaplah teguh pada pendirianmu, melanjutkan perjuangan suci éndatu Atjèh, mempertahankan
bumi pusaka Atjéh untuk generasi Atjèh masa depan, dan menegakkan kembali Kedaulatan
bangsa dan Negara Atjèh seperti sediakala(successor State) .
• Jangan sekali-kali tertipu oleh janji palsu atau perjanjian yang direkayasa oleh bangsa luar yang
ingin menjajah Negeri kita Atjèh tercinta, dan merampok harta kekayaan bumi kita.
• Perjuangan kita bukan untuk otonomi, bukan untuk kompromi, bukan untuk berdiam diri —
tetapi untuk kemerdekaan sejati bangsa kita, Atjèh mulia.
• Inilah warisan para syuhada kita, janji kepada anak-anak kita, dan takdir bangsa kita.
Kami, rakyat Atjèh Sumatra, dengan ini menegaskan di hadapan dunia bahawa kami akan meneruskan
perjuangan kemerdekaan bangsa Atjèh, di bawah pimpinan Wali Neugara Dr. Husaini Muhammad
Hasan; dengan semangat dan kesinambungan Deklarasi Kemerdekaan Negara Atjèh, 4 December 1976,
yang telah diproklamirkan oleh Paduka Yang Mulia Allahyarham Tengku Tjhik Hasan Muhammad di
Tiro. Merdeka Atjèh! Indonesia keluar dari Atjèh! Allaahu Akbar! 3x
Dimaklumkan atas nama rakyat Atjèh, Sumatra. 15 September 2025.
Dr. Husaini M. Hasan
Wali Neugara Atjèh Sumatraa
No comments:
Post a Comment